Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Riau 2025: Ancaman Lingkungan yang Kian Meluas

Views Sabtu, Agustus 23, 2025

Gambar Media Center Riau

Riau, 2025   – Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang melanda Provinsi Riau terus menjadi perhatian serius. Menurut data yang dirilis oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, hingga pertengahan Juli 2025, luas area yang terdampak kebakaran telah mencapai sekitar 510 hektare. Namun, pada 18 Juli 2025, media melaporkan pembaruan yang menunjukkan angka yang lebih tinggi, yakni lebih dari 927 hektare lahan terbakar. Angka ini mencerminkan peningkatan yang signifikan dari awal tahun hingga pertengahan Juli 2025  .

Kementerian Kehutanan juga merilis estimasi kumulatif untuk periode Januari hingga Mei 2025 yang menunjukkan angka yang tidak kalah signifikan, yakni 751,08 hektare, dengan sebagian besar kebakaran terjadi di lahan gambut. Sebanyak 695,72 hektare dari total tersebut merupakan lahan gambut, sementara 55,37 hektare berada di lahan mineral . Data ini menggarisbawahi tingginya risiko yang ditimbulkan oleh kebakaran di lahan gambut yang sangat rentan terbakar dan sulit dipadamkan.

Sementara itu, berdasarkan laporan Pemprov Riau pada April 2025, luas lahan yang telah berhasil dipadamkan tercatat 77,81 hektare. Namun, peringatan akan kemarau yang diperkirakan akan berlangsung hingga Mei dan Juni 2025 memicu kekhawatiran bahwa jumlah kebakaran dapat meningkat lebih lanjut jika langkah antisipasi tidak dilakukan secara maksimal .

Perbandingan dengan Tahun Sebelumnya  

Melihat data kebakaran hutan di tahun-tahun sebelumnya, Karhutla di Riau menunjukkan pola yang mengkhawatirkan. Pada tahun 2024, total luasan yang terbakar di Riau tercatat mencapai sekitar 10.674 hektare, yang mencatatkan kenaikan sekitar 47% dibandingkan tahun 2023. Tahun 2023, misalnya, tercatat ada 2.632 hektare lahan yang terbakar, sebuah peningkatan signifikan dari tahun sebelumnya yang hanya mencatatkan sekitar 1.219 hektare  .

Data resmi yang dirilis oleh Pemerintah Riau pada akhir Agustus 2024 mencatatkan bahwa total kumulatif area yang terbakar hingga Agustus 2024 mencapai 1.728 hektare. Di antara daerah yang terdampak paling luas pada tahun tersebut adalah Kabupaten Indragiri Hulu dengan 488 hektare terbakar . Sementara itu, pada tahun 2023, beberapa daerah dengan tingkat kebakaran tertinggi adalah Indragiri Hulu, Bengkalis, Indragiri Hilir, dan Pelalawan, yang mencatatkan luas kebakaran terbesar di Riau pada tahun tersebut .

Tantangan dalam penanggulangan Karhutla di Riau sangat besar, terutama mengingat mayoritas kebakaran terjadi di lahan gambut. Lahan gambut memiliki sifat yang sangat mudah terbakar dan bisa menyala kembali meskipun sudah dipadamkan, sehingga memerlukan upaya pemadaman yang lebih intensif dan berkelanjutan. Selain itu, faktor cuaca ekstrem dan kebijakan yang belum sepenuhnya efektif dalam pencegahan turut memperburuk situasi.

Pada 2023, laporan Media Indonesia mencatatkan bahwa pada Juni 2023, jumlah total area yang terbakar telah mencapai 1.860,55 hektare, sementara angka total kebakaran di periode 2017–2022 mencapai 163.979 hektare, dengan sekitar 76% dari total tersebut terjadi di lahan gambut . Kebakaran lahan gambut ini tidak hanya berbahaya bagi lingkungan, tetapi juga memberikan dampak langsung terhadap kualitas udara di sekitar wilayah yang terbakar, termasuk kabut asap yang meluas ke provinsi lainnya, bahkan negara tetangga.

Titik Terbaru Kebakaran di Riau (2025)  

Data terbaru pada pertengahan Juli 2025 menunjukkan bahwa kebakaran hutan dan lahan masih terus terjadi di sejumlah titik di Riau. Mengingat kondisi yang terus berkembang, angka terbaru yang dihimpun oleh BPBD Riau dan media pada akhir Juli 2025 mencatatkan bahwa total luasan lahan terbakar telah mencapai lebih dari 927 hektare . Angka ini diperkirakan masih akan bertambah seiring dengan intensifikasi musim kemarau yang diperkirakan akan melanda Riau pada bulan-bulan mendatang.

Menurut data dari Kementerian Kehutanan, sebagian besar kebakaran masih terjadi di lahan gambut, yang memang rentan terhadap kebakaran. Gambut yang sudah kering menjadi sangat mudah terbakar, terutama dengan suhu udara yang semakin tinggi dan berkurangnya curah hujan. Oleh karena itu, kebijakan yang lebih ketat dalam pengelolaan lahan gambut serta pencegahan pembukaan lahan dengan cara membakar menjadi sangat penting .

Meskipun upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan di Riau terus dilakukan, langkah-langkah preventif dan pengawasan yang lebih ketat harus segera diterapkan untuk mengurangi risiko kebakaran. Pemerintah Riau dan instansi terkait lainnya perlu lebih gencar dalam memberikan edukasi kepada masyarakat dan perusahaan yang terlibat dalam pembukaan lahan dengan cara yang ramah lingkungan. Selain itu, pengawasan terhadap aktivitas ilegal, seperti pembakaran lahan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, juga harus diperketat untuk mencegah terjadinya kebakaran yang semakin meluas.

Dalam hal ini, penting juga untuk memperbaiki sistem monitoring kebakaran yang ada, seperti menggunakan teknologi satelit dan pemantauan udara yang dapat mendeteksi titik api lebih cepat. Hal ini akan memungkinkan respon yang lebih cepat dalam memadamkan api dan mencegah kebakaran semakin meluas .

Sebagai penutup, meskipun beberapa langkah telah diambil, masalah kebakaran hutan dan lahan di Riau masih jauh dari kata selesai. Diperlukan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk mengatasi masalah ini secara berkelanjutan agar bencana kebakaran tidak terus menerus merusak ekosistem dan kualitas hidup masyarakat.

  Sumber:  

1. BPBD Riau, 2025 – Laporan Kebakaran Hutan dan Lahan 

2. Detik Sumut, 2025 – Fakta Karhutla Riau 

3. Kementerian Kehutanan, 2025 – Estimasi Karhutla di Riau 

4. Pemprov Riau, 2025 – Status Karhutla di Riau 

5. Betahita, 2024 – Karhutla di Riau

6. Media Center Riau, 2024 - Total Karhutla Riau 


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »